Ilmu dan Teknologi seringkali dianalogikan sebagai pisau bermata dua. Dalam konsep hindu, ini lebih dikenal dengan istilah Rwa Bhined yaitu dua sisi berbeda yang dapat berupa gelap dan terang, kehidupan dan kematian, baik dan buruk, cinta dan benci, jahat dan baik, bersih dan kotor dan sebagainya. Ilmu dan Teknologi tidak terlepas dari filosofi Rwa Bhineda, yaitu adanya hal baik dan buruk yang akan selalu mengikutinya.
Ilmu
dan teknologi selalu mengikuti perkembangan peradaban manusia. Pesatnya
peradaban manusia adalah bentuk campur tangan manusia dalam menemukan dan
mengolah ilmu dan teknologi itu sendiri. Namun demikian peradaban manusia tidak
selalu menggambarkan hal positif. Dengan melihat sejarah peradaban manusia, tergambar
dengan jelas bagaimana ilmu dan teknologi itu memberikan peran dan arti penting
kehidupan pada masing-masing peradaban tersebut. Mulai dari jaman batu sampai
sekarang ilmu dan teknologi berkembang sebagai suatu hasil pemikiran manusia
dan dimanfaatkan untuk kepentingan mereka sendiri. Kelebihan manusia dalam hal
pikiran, memberikan kesempatan yang lebih besar untuk semakin meningkatkan
peradaban dengan bantuan ilmu dan teknologi yang mereka temukan dan kembangkan.
Rwa
Bhineda muncul sebagai sebuah pisau bermata dua pada setiap peradaban manusia.
Berkembangnya peradaban manusia dari jaman batu ke jaman logam tidak hanya
memberikan kemampuan pada manusia untuk merubah alat-alat tradisional mereka
baik untuk bertani, berburu, dan alat-alat lain untuk menunjang kebutuhan
hidup, tetapi juga berkembang sebagai senjata untuk membunuh. Bangsa yang
memiliki teknologi logam lebih baik kemudian merancang perang dengan
bangsa-bangsa lain yang masih belum mampu mengembangkan ilmu dan teknologinya.
Bergerak jauh ke depan, muncul peradaban yang jauh lebih modern dengan
teknologi yang jauh lebih berkembang, manusia sudah mampu menhasilkan listrik
sebagai sumber energy untuk menggerakan mesin, alat penerangan, dan berbagai
keperluan lainnya. Energi listri diciptakan dengan berbagai cara, mulai dari
pembakaran bahan bakar (batu bara), menggunakan energy alam (angin), dan
lainnya. Dengan pikiran dan bekal ilmu pengetahuan ilmuan pada peradaban ini
mencoba mengembankan ilmu dan teknologi sumber energy yang jauh lebih besar dan
ramah lingkungan. Munculah kemudian teknologi nuklir yang dikembangkan dari
teori atom. Ini adalah sebuah gebrakan bagi peradaban manusia, karena manusia
bisa menghasilkan energy tanpa harus mengorbankan keberadaan lingkungan. Akan
tetapi sekali lagi Rwa Bhineda muncul sebagai sebuah pisau bermata dua.
Teknologi baru ini disadari betul oleh Amerika, sehingga dalam konflik perang
yang berkepanjangan mereka akhirnya menggunakan Bom Atom sebagai sebuah solusi
untuk memenagkan peperangan terhadap Jepang. Sebuah tragedy yang sangat memilukan,
dimana teknologi yang dikembangkan dengan maksud untuk meningkatkan
kesejahtraan manusia justru menjadi sebuah bencana bagi manusia itu sendiri.
Sejatinya
manusia memanfaatkan pikiran mereka untuk mengembangkan ilmu dan teknologi
sebagai sebuah alat untuk kesejahtraan umat manusia. Sejahtera secara ekonomi,
social dan budaya, yang pada akhirnya bertujuan mendapatkan kebahagian. Inilah
yang kemudian mendasari lahirnya sebuah filsafat ilmu, agama, dan nilai-nilai
sebagai dasar pemikiran manusia dalam mengelola ilmu dan teknolgi itu sendiri.
Pemikiran mendasar tentang bagaiman manusia mengelola alam semesat beserta
isinya harus didasarkan pada 4 pilar yaitu filsafat, ilmu dan teknologi, agama,
dan seni budaya.
Perkembangan
ilmu dan teknologi layaknya pengetahuan yang tersimpan dengan sangat baik dalam
Bhagawad Gita. Salah satu argument nyata yang muncul sebelum memasuki gerbang
ilmu pengetahuan tersebut adalah “jauhkanlah pengetahuan ini dari orang-orang
bodoh”. Argumentasi yang digunakan dalam pernyataan tersebut adalah bahwa
janganlah orang bodoh mencoba memahami pengatahuan tersebut. Poin tersebut
sudah secara nyata ditunjukan dalam perkembangan peradaban manusia. Ditangan
orang yang bodoh ilmu dan pengetahuan itu menjadi sesuatu yang sangat
berbahaya. Penyalahgunaan ilmu dan teknologi yang bertitik tolak dari kebodohan
adalah sesuatu yanag tidak dapat diterima. Orang-orang yang bergelut dalam
dunia fisika misalnya, mereka merakit bom atom bukan berarti mereka tidak tahu
bagaimana memanfaatkan energi atom dengan cara yang benar. Tetapi orang bodoh
yang memiliki kekuasaan menggunakan itu sebagai sebuah alat untuk mencapai
kesejatraanya sendiri (kehancuran).
Disinilah
pemahaman tentang ilmu, teknologi, dunia, manusia, lingkungan dan nilai-nilai
yang melekat padanya mnejadi sesuatu yang harus diperhatikan. Meskipun Rwa
Bhineda adalalah sebuah pisau bermata dua, kebijaksanaan dalam memanfaatkan
ilmu dan pengetahuan selalu tergantung pada manusianya sebagai pelaku utama.
Pemahaman tentang nilai-nilai tersebut secara mendalam akan memberikan gambaran
yang jauh berbeda dalam memanfaatkan ilmu dan teknologi dalam mengelola bumi
beserta isinya.
Pemahaman
manusia tentang filsafat membarikan gambaran nilai-nilai terdalam terhadap bumi
beserta isinya. Bukan hanya gambaran fisik yang berupa potensi sumber daya yang
ada di dalamnya, tetapi lebih jauh yaitu nilai tak tampak yang melekat padanya.
Pemahaman ini akan memberikan sebuah pemikiran yang bijak dalam melihat bumi
dan mengelolanya secara bijak. Pemahaman manusia tentang bumi dan isinya juga
harus didukung dengan pemahaman terhadap ilmu dan teknologi. Sejatinya manusia
memanfaatkan ilmu dan teknologi sebagai suatu alat untuk mempermudah hidup
mereka. Pemahaman manusia terhadap ilmu dan teknologi akan memberikan sebuah
cara untuk memanfaatkan potensi sumber daya yang ada dengan lebih baik,
tentunya dibatasi oleh pengelolaan yang bijaksana. Selain itu pemahaman manusia
tentang bumi dan isinya juga harus didukung dengan agama, nilai-nilai etika dan
estetika, dan juga seni dan budaya. Agama memberikan sebuah pemahaman dan
keyikan bagi umat manusia dalam berpijak dan memberikan tuntunan terhadap apa
yang baik dan benar. Seni dan budaya memberikan pemahaman terhadap nilai seni
terhadap bumi dan isinya. Sehingga pemahaman-pemahan terhadap filsafat, ilmu
dan teknologi, agaman dan seni budaya memberikan batasan yang jelas terhadap
umata manusia dalam memandang dan mengelola bumi dan isinya.
Komentar
Posting Komentar
Silahkab berikan tanggapan anda !