Jika anda berkunjung
ke Perancis, tentu tujuan utama anda adalah Kota Paris. Kota ini memang sangat
terkenal, bahkan mungkin lebih terkenal dari nama negaranya. Di kota inilah
terdapat salah stu ikon Negara Perancis, yaitu menara Eiffel. Tapi tahukah anda,
bahwa masih ada tempat-tempat lain yang tidak kalah menarik dibandingkan dengan
Kota Paris? Salah satunya adalah Toulouse.
Seperti dilansir wikipedia, KotaToulouse “Kota
Bata Merah” adalah
salah satu kota kecil di Prancis. Kota ini memang tidak terlalu dikenal, namun Kota
Toulouse ternyata cukup besar untuk menampung para pendatang. Anda akan melihat
betapa beragamnya warga Toulouse, orang Asia hingga Afrika berbaur dengan
mereka yang asli Eropa.
Semula,
hampir semua warga Toulouse menganut Katolik. Seiring dengan makin banyaknya
pendatang, jumlah itu merosot. Kini, Islam menjadi agama denga jumlah penganut terbesar
kedua di kota terbesar keempat di Perancis ini. Meski begitu, kota ini juga
menjadi saksi bisu lunturnya peran agama dalam kehidupan keseharian warganya.
Seperti
masyarakat di Kota Paris, mereka yang tinggal di Toulouse dipastikan tak
ketinggalan mode. Gaya berbusana mereka seragam dengan penduduk Paris. Selama
musim dingin, jaket warna hitam atau cokelat menjadi pilihan favorit. Bisa
dibilang, ini semacam warna wajib pakai.
Dari waktu
ke waktu, wajah Toulouse memang tak banyak berubah. Padahal, kota ini pernah
diduduki oleh bangsa celtik, Romawi, dan Jerman. Bangunan-bangunan tua yang
hampir dipastikan terbuat dari batu bata merah berdiri kokoh di seluruh penjuru
kota. Dari situ pula Toulouse mendapat julukan sebagai pink city.
Capitolium
menjadi bukti betapa berharganya batu bata merah bagi warga Toulouse. Terletak
di dataran rendah dekat sungai Garrone, penduduk Toulouse mengandalkan tanah
liat sebagai bahan bangunan. Di sini sulit sekali mendapat batu putih. Batu
putih termasuk barang mewah di Toulouse. Hanya orang kaya yang bisa membelinya.
Orang berkantong tebal bisa keluar kota kearah pegunungan untuk membeli dan
memboyong pulang bahan bangunan kembali ke Toulouse. Batu putih menjadi symbol
kekayaan pemilik rumah.
Untuk mengamati
keindahan kota Toulouse, berjalan kakilah di sekeliling Capitolium. Tak jauh
dari sana , berdiri salah satu bangunan penting bagi sebagia warga kota, Gereja
Saint Sernin Bascilica. Bangunan dengan ketinggian 65 meter menjadi saksi bisu
perjalanan penganut agama katolik warga setempat.
Sekitar 10
menit berjalan kaki dari Gereja Saint Basilicia, anda akann menemukan sungai
Garonne nan menawan. Sungai ini mengalir melintasi Toulouse menuju Bordeaux
sebelum akhirnya bermuara di lautan Atlantik. Ada dua jembatan yang membentang
di atasnya. Salah satunya dibangun pada abad ke-17. Di malam hari, lampu-lampu
jembatan yang terlihat sangat cantik.
Tepi sungai Garonne asyik ditelusuri. Bahkan, ketika malam sekalipun, penerangannya cukup membuat aman. Pada malam hari Selasa, Jumat, dan Sabtu, tepi Sungai Garonne terasa amat ‘hidup’. Di hari-hari tersebut mahasiswa Universitas Toulouse sering bercengkerama di kafe-kafe di Saint Pierree Square. Jika ingin makan malam dengan suasana yang berbeda, anda bias mencoba kafe di atas kapal.
Jauh sebelum industri raksasa pesawat terbang Airbus
memberi kontribusi terhadap pedapatan kota Toulouse, pewarna tekstil berbahan
alami lebih dulu menyejahterakan warga. Warna biru yag didapat dari ekstra daun
pohon bernama latin Isatis Tinctoria (Champ de pastel) ini membawa Toulouse ke
masa kejayaannya.
Foto yang pertama baru bagus :)
BalasHapusTempat aslinya mungkin jauh lebih bagus lagi
Hapus